Daftar Blog Saya

Minggu, 03 April 2011

wisata kuliner

Kampung Daun
Kampung Daun terletak di daerah Cihideung, di Jl. Sersan Bajuri. Jika Anda menuju Lembang, Anda akan menemukan Terminal Ledeng. Kira-kira di seberang terminal ini, Anda dapat berbelok ke arah kiri untuk menuju Jalan Sersan Bajuri. Jalanan menanjak dan kecil harus dilewati. Anda akan melewati tempat-tempat yang sudah cukup dikenal dan sering dikunjungi di Bandung seperti The Peak, Sapu Lidi dan Kampung Gajah. Kampung Daun sendiri berada di dalam kompleks perumahan yang tergolong mewah. Anda jadi dapat membayangkan nyamannya tinggal di rumah-rumah tersebut. Sepanjang jalan menuju Kampung Daun, lampu-lampu obor di sisi jalan perumahan ini akan menjadi penunjuk jalan.
Jika berkunjung pada malam hari, udara dingin akan mulai menyergap Anda saat turun dari kendaraan. Tempat ini memang berada di daerah ketinggian sehingga udara dingin menjadi hal yang wajar terlebih lagi jika hujan. Jadi, untuk Anda yang tidak kuat dengan udara dingin, bisa mengenakan sweater atau jaket agar tidak kedinginan.

Suasana Pedesaan
Kampung Daun BandungSebelum memasuki area Kampung Daun, Anda dapat memesan tempat terlebih dahulu. Pada sisi kiri sebelum Anda masuk, pelayan akan menanyakan jumlah orang yang akan masuk. Selanjutnya, mereka akan menghubungi pelayan lainnya yang ada di dalam dan Anda akan diberi nomor saung tempat Anda dapat bersantap. Saung yang diberikan biasanya berdasarkan jumlah orang karena ukuran saung yang berbeda sehingga kapasitas yang ditampung juga berbeda.
Di bagian depan Kampung Daun, Anda dapat melihat aneka dagangan tempo dulu yang mungkin sering berkeliling di rumah Anda. Misalnya, ada pedagang gulali, dodol, dan kue-kue tradisional. Tak ketinggalan, terdapat congklak yang bisa dimainkan untuk Anda yang rindu permainan ini. Ada juga panggung hiburan dan galeri yang berisi aneka macam pakaian atau souvenir yang bisa dibeli.
Memasuki Kampung Daun di malam hari, suasana romantis semakin kental. Lampu kuning menyala di sisi-sisi jalan diantara kegelapan malam, jalanan setapak sedikit berkelok dari batu-batu dan saung panggung dari bambu diantara pepohonan. Di saung-saung inilah Anda dapat menikmati makanan dengan suasana santai, Anda akan bersantap secara lesehan. Pada bagian depan saung, terdapat kentongan yang biasa ada di pos ronda di pedesaan. Sisi-sisinya ditutupi dengan tirai putih yang diikat pada tiang-tiang bambu. Dengan atap jerami, saung semakin menyatu dengan suasana pedesaan yang ingin ditampilkan.
Saung ini akan menjadi tempat yang menyenangkan untuk bersantap karena disini Anda dapat mendengar gemericik air yang mengalir sambil menghirup udara yang bersih dan segar, memanjakan mata Anda dengan pemadangan yang alami romantis, melihat dinding tebing beserta pepohonan dan lampu-lampu. Ditambah lagi dengan bantal yang ada di saung, bisa-bisa membuat Anda tertidur dibuai sejuknya udara malam.
Sambil menunggu datangnya makanan, Anda dapat berkeliling tempat ini. Semakin memasuki area dalam yang semakin mendaki, Anda dapat melihat air terjun buatan. Walaupun buatan, tetapi Anda dapat merasakan segarnya air, menikmati bebatuan dan melihat derasnya air. Pada bagian atas air terjun ada juga ruangan tempat Anda bersantap. Tempat ini biasanya menjadi tempat favorit bagi pengunjung karena dapat melihat aliran deras air terjun.
Air dari air terjun buatan ini mengalir ke sungai-sungai kecil yang dihubungi jembatan. Banyak pengunjung yang menjadikan tempat ini untuk berfoto. Tak jauh dari jembatan ini terdapat kayu-kayu yang dibakar membentuk api unggun. Beberapa pengunjung senang mendekati api unggun ini untuk menghangatkan tubuh.

Menu Istimewa Kampung Daun
Tak hanya mengandalkan suasana, Kampung Daun juga berusaha menyediakan kuliner untuk memuaskan pengunjung. Sebagian besar pilihan merupakan menu makanan Indonesia seperti Nasi Timbel, Nasi Pepes Daun Kemangi Sambal Pete, Nasi Liwet Parahyangan, Rawon, Sop Buntut, Sate, Ayam dan Ikan Goreng dan menu khas Sunda. Nasi Bakar Sambal Belut merupakan menu khas Indonesia yang juga patut dicoba.
Selain makanan Indonesia, ada juga menu dari negara lain seperti Steaks, Pasta atau Pizza. Jika Anda tidak ingin makan berat, ada makanan ringan tradisional seperti Batagor, Surabi, Tahu dan Pisang Goreng serta Colenak. Melengkapi santapan Anda, hidangan penutup Es Goyobod, Es Krim atau Pancake dapat juga dipesan.
Suasana pedesaan juga dapat dirasakan dari penyajian makanan dan minuman. Sebagian makanan dan minuman disajikan dalam tempat yang unik. Misalnya nasi bakar yang disajikan di dalam bambu yang sedikit hangus bekas dibakar. Minuman yang diletakkan dalam gelas yang berasal dari batok kelapa ataupun teh hangat yang disajikan di dalam teko kecil dari tanah liat.
Rasa makanan Indonesia lebih banyak digemari pengunjung selain memang rasanya lebih cocok menikmati makanan Indonesia dalam suasana seperti ini. Harga untuk makanan mulai dari Rp 8.000,- untuk snack sampai Rp 115.000,- untuk steak.
Kampung Daun memang akan menjadi tempat bersantap yang menyegarkan. Suasana yang khas pedesaan, tenang, rimbun dan alami juga menjadi tempat wisata yang akan menyegarkan dari kepenatan. Kampung Daun juga cocok jika Anda ingin merasakan menikmati suasana romantis apalagi di malam hari.

Kampung Daun
Jl. Sersan Bajuri Km 4,7
Triniti Villas
Bandung 40154
Telp: (022) 2787915























SATE AYAM PONOROGO: DARI BUNG KARNO HINGGA RHOMA IRAMA




Image

Presiden pertama kita Bung Karno memang penggila sate ayam. Konon selang beberapa jam setelah memproklamasikan kemerdekan RI, beliau ketemu tukang sate ayam dalam perjalanan pulang. Dan tanpa ragu dihentikannya tukang sate tersebut. Tidak kurang 60 tusuk sate ayam disantapnya, di sebuah gang di Jakarta, di pinggir got…
Image
Sate Mbah Tukri Masuk Istana
Pada tahun 1960-an, pada sebuah kunjungan kerja ke Ponorogo, Bung Karno diajak mampir oleh pejabat setempat untuk mencoba sate ayam Ponorogo Mbah Tukri Sobikun. Beliau kontan jatuh hati. Sejak itu, seminggu sekali pada hari Jum’at, Sabtu atau Minggu, sate ayam Mbah Tukri terbang ke Jakarta, masuk istana negara. Seorang pejabat di Lanud Iswahyudi Madiun ditugasi khusus untuk mengurusi penerbangan sate ayam ini. Sejak itu sate ayam Ponorogo “resmi” menjadi menu istana negara. Pak Harto dan Mbak Mega adalah juga penggemar beratnya. (detiksurabaya.com, 27/5/2007).
Pada tahun 1960-an, pada sebuah kunjungan kerja ke Ponorogo, Bung Karno diajak mampir oleh pejabat setempat untuk mencoba sate ayam Ponorogo Mbah Tukri Sobikun. Beliau kontan jatuh hati. Sejak itu, seminggu sekali pada hari Jum’at, Sabtu atau Minggu, sate ayam Mbah Tukri terbang ke Jakarta, masuk istana negara. Seorang pejabat di Lanud Iswahyudi Madiun ditugasi khusus untuk mengurusi penerbangan sate ayam ini. Sejak itu sate ayam Ponorogo “resmi” menjadi menu istana negara. Pak Harto dan Mbak Mega adalah juga penggemar beratnya. (detiksurabaya.com, 27/5/2007).
Catatan sejarah menyebutkan sejak tahun 1900-an sate ayam Ponorogo sudah dikenal orang. Beberapa bupati dan para petinggi perkebunan di Jawa Timur pada jaman kolonial sudah menjadi penggemar sate ayam ini. Hingga tahun 2007 tercatat paling tidak 3 legenda “seniman” sate ayam Ponorogo, yakni Mbah Tukri Sobikun, Pak Bagong dan Pak Siboen. Masing-masing membawa “gagrak”, genre, pada pengolahan dan cita rasa akhir sate ayamnya. Namun, secara garis besar ada kesamaannya, yakni bumbu kacang nan lembut dan harum plus cara pembakaran yang berulang.
13 Rempah dalam Bumbu Kacangnya
Apa sebenarnya rahasia dari warisan kuliner kuno Jawa yang bernama sate ayam Ponorogo ini hingga membuatnya menjadi sajian yang paripurna dalam cita rasa? Jawabannya adalah penanganan yang total: mulai dari ayam, bumbu kacang, bumbu rendaman hingga cara pembakarannya, dari awal hingga akhir.

Mula-mula ayam dibersihkan dan dicuci bersih dengan air jeruk, setelah itu dikupas kulit dan lemak-lemaknya. Daging ayam kemudian disayat tipis-tipis memanjang agar bumbu bisa lebih meresap. Bumbu kacangannya terdiri tidak kurang dari 13 bahan rempah, mulai dari bawang merah, bawang putih, ketumbar, jinten, daun jeruk dan seterusnya. Semua dibakar, tidak digoreng. Kacangnya sendiri harus dipilih kacang lokal, dan untuk menghilangkan rasa getirnya, mata kacang harus dibuang satu-satu. Bayangkan…

Proses pembakaran satenya sendiri dilakukan berulang-ulang. Tidak kurang melewati 4 bumbu rendaman! Namun, dengan cara ini dihasilkan sate ayam yang luar biasa harum dan gurih. Tekstur daging ayamnya pun masih tampak, coklat kekuningan. Kebanyakan sate ayam Ponorogo, karena direndam gula asem, mampu bertahan 2 hari tanpa masuk kulkas,

Warisan Resep Otentik
Sampai hari ini pun, Mbak Mega jika ziarah ke makam ayahandanya di Blitar, atau jika Bang haji Rhoma Irama sowan ke salah satu kyai di Kediri pasti akan mampir ke warung Pak Siboen. Sementara sate ayam Mbah Tukri kini sudah go national dengan format besekan…

Berdasarkan resep kuno keluarga, Sate Ponorogo Pawon Ratu ingin mengenalkan otentisitas sate Ponorogo kepada Anda sekeluarga. Tidak hanya sate ayam, kami juga menyajikan sate kambing dengan irisan daun jeruk dan iga bakar bumbu kluwek. Silahkan coba juga gule dan tongseng kami yang harum dan mak nyuss…

SATE PONOROGO “PAWON RATU”
Sate Ayam, Kambing, Iga Bakar, Gule & Tongseng
Gerai dan Informasi Pesanan:
Jl. Radar Auri 15 –seberang Perum Auri—Cimanggis, Depok
Telp. 021-32039248

Tidak ada komentar:

Posting Komentar